NYAMUK AEDES AEGYPTI
Aedes
aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab
penyakit demam berdarah. Selain dengue, A. aegypti juga merupakan pembawa virus
demam kuning (yellow fever) dan chikungunya. Penyebaran jenis ini sangat luas,
meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa virus
dengue, A. aegypti merupakan pembawa utama (primary vector) dan bersama Aedes
albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di desa dan kota. Mengingat
keganasan penyakit demam berdarah, masyarakat harus mampu mengenali dan
mengetahui cara-cara mengendalikan jenis ini untuk membantu mengurangi
persebaran penyakit demam berdarah.
Aedes
aegyptiadalah nyamuk yang termasuk dalam subfamili Culicinae, famili Culicidae,
ordo Diptera, kelas Insecta. Nyamuk ini berpotensi untuk menularkan penyakit
demam berdarah dengue (DBD). DBD adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
demam mendadak, perdarahan baik di kulit maupun di bagian tubuh lainnya serta
dapat menimbulkan syok dan kematian. Penyakit DBD ini terutama menyerang
anak-anak termasuk bayi, meskipun sekarang proporsi penderita dewasa meningkat.
Penyebab penyakit demam berdarah ialah virus
Dengue yang termasuk dalam genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Terdapat
empat serotipe dari virus Dengue, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4, yang
semuanya dapat menyebabkan DBD. Virus ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Ae.
aegypti. Nyamuk betina terinfeksi melalui pengisapan darah dari orang yang
sakit. Tempat perindukan Aedes aegypti dapat dibedakan atas tempat perindukan
sementara, permanen, dan alamiah. Tempat perindukan sementara terdiri dari
berbagai macam tempat penampungan air (TPA) yang dapat menampung genangan air
bersih. Tempat perindukan permanen adalah TPA untuk keperluan rumah tangga dan
tempat perindukan alamiah berupa genangan air pada pohon. Cara yang saat ini
dianggap tepat untuk mengendalikan penyebaran DBD adalah dengan mengendalikan
populasi dan penyebaran vektor, yaitu dengan 3M: menguras bak mandi, menutup
TPA, dan mengubur barang bekas.
Ciri-ciri jentik Aedes aegypti
1.
Bentuk siphon besar dan pendek yang
terdapat pada abdomen terakhir
2.
Bentuk comb seperti sisir
3.
Pada bagian thoraks terdapat stroot spine
Ciri-ciri nyamuk Aedes
aegypti
1.
Bentuk tubuh kecil dan dibagian abdomen
terdapat bintik-bintik serta berwarna hitam.
2.
Tidak membentuk sudut 90º
3.
Penyebaran penyakitnya yaitu pagi atau sore
4.
Hidup di air bersih serta
ditempat-tempat lain yaitu kaleng-kaleng bekas yang bisa menampung air hujan
5.
Penularan penyakit dengan cara membagi diri.
6.
Menyebabkan penyakit DBD.
Telur
Aedes Aegypti diletakkan pada bagian yang berdekatan dengan permukaan air atau
menempel pada permukaan benda yang terapung. Jentik nyamuk Aedes Aegypti
memiliki rambut abdomen dan pada stadium ini jentik membentuk sudut dan
terdapat alat untuk menghisap oksigen.
Larva Aedes
aegepty
Larva Aedes aegepty membentuk
sudut dan terdapat alat untuk menghisap oksigen.Probosis Aedes lebih panjang
daripada nyamuk lainnya. Pupa merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang
berada di dalam air. Pada stadium ini tidak memerlukan makanan dan terjadi
pembentukan sayap sehingga dapat terbang. Stadium kepompong memakan waktu lebih
kurang satu sampai dua hari. Pada fase ini nyamuk membutuhkan waktu 2-5 hari
untuk menjadi nyamuk.
Pupa
nyamuk aedes aegypti
Pupa
tidak akan makan apapun dan akan keluar dari larva menjadi nyamuk yang dapat
terbang dan keluar dari air. Stadium pupa pada nyamuk Aedes berada
dibawah permukaan air dengan melingkarkan badannya. Ekor pupa agak lurus dengan
kepala melingkar dan menempel dibadannya namun tidak bertemu dengan ekor. Ciri
morfologi yang khas yaitu memiliki tabung atau terompet pernafasan yang
berbentuk segitiga. Setelah berumur 1 – 2 hari, pupa menjadi nyamuk dewasa
(jantan atau betina). Pada pupa terdapat kantong udara yang terletak diantara
bakal sayap nyamuk dewasa dan terpasangsayap pengayuh yang saling menutupi
sehingga memungkinkan pupa untuk Ekor pupa agak lurus dengan kepala melingkar
dan menempel dibadannya namun tidak bertemu dengan ekor.
Nyamuk
Dewasa Aedes aegypty
Perilaku
menggigit nyamuk aedes aegypti
Nyamuk
betina lebih menyukai darah manusia (anthropophilic) daripada darah binatang
dan nyamuk jantan hanya tertarik pada cairan mengandung gula seperti pada
bunga. Aedes aegypti biasanya menggigit nyamuk ini memiliki kebiasaan
menghisap darah pada jam 08.00-12.00 WIB dan sore hari antara 15.00-17.00 WIB
(Lestari dkk, 2011). Malam harinya lebih suka bersembunyi di sela-sela pakaian
yang tergantung atau gorden, terutama di ruang gelap atau lembab. Mereka
mempunyai kebiasaan menggigit berulang kali. Nyamuk ini memang tidak suka air
kotor seperti air got atau lumpur kotor tapi hidup di dalam dan di sekitar
rumah
Tempat
istirahat nyamuk aedes aegypti
Pada
malam hari setelah menggigit dan selama menunggu waktu pematangan telur,
nyamuk Aedes aegypti (betina maupun jantan) beristirahat di dalam
rumah pada benda-benda yang tergantung seperti pakaian gelap yang
bergelantungan di ruangan yang tidak terang, kelambu, kopiah, dan pada
tempat-tempat gelap, lembab dan sedikit angin. di dalam rumah.
Tempat
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti
Tempat
perkembangbiakan tersebut berupa:
·
Tempat penampungan air (TPA) yaitu
tempat menampung air guna keperluan sehari-hari seperti drum, tempayan, bak
mandi, bak WC dan ember.
·
Bukan tempat penampungan air (non TPA)
yaitu tempat-tempat yang biasa digunakan untuk menampung air tetapi bukan untuk
keperluan sehari-hari seperti tempat minum hewan piaraan, kaleng bekas, ban
bekas, botol, pecahan gelas, vas bunga dan perangkap semut.
·
Tempat penampungan air alami (TPA alami)
seperti lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit
kerang, pangkal pohon pisang dan potongan bambu.
Perilaku
dan Daur Hidup Nymuk Aedes aegypty
Aedes aegypti
bersifat diurnal atau aktif pada pagi hingga siang hari. Penularan penyakit
dilakukan oleh nyamuk betina, karena hanya nyamuk betina yang menghisap darah.
Hal itu dilakukannya untuk memperoleh asupan protein yang diperlukannya untuk
memproduksi telur (Womack, 1993). Pengisapan darah dilakukan dari pagi sampai
petang dengan dua puncak waktu yaitu setelah matahari terbit (8.00-10.00) dan
sebelum matahari terbenam (15.00- 17.00) (Djakaria, 2000). Nyamuk jantan tidak
membutuhkan darah, dan memperoleh energi
dari nektar bunga ataupun
tumbuhan. Nyamuk ini menyenangi area yang gelap dan benda- benda berwarna hitam
atau merah (id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti, 2008). Nyamuk dewasa biasanya
tinggal pada tempat gelap di dalam ruangan seperti lemari baju dan di bawah
tempat tidur (WHO, 1999).
Infeksi virus
dalam tubuh nyamuk dapat mengakibatkan perubahan perilaku yang mengarah pada
peningkatan kompetensi vektor, yaitu kemampuan nyamuk menyebarkan virus.
Infeksi virus dapat mengakibatkan nyamuk kurang handal dalam menghisap darah,
berulang kali menusukkan probosisnya, namun tidak berhasil menghisap darah,
sehingga nyamuk berpindah dari satu orang ke orang lain, akibatnya resiko
penularan virus menjadi semakin besar (id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti,
2008). Tempat perindukan Ae. aegypti di daerah asalnya (Afrika) berbeda dengan
di Asia. Di Afrika nyamuk hidup di hutan dan tempat perindukkannya pada
genangan air di pohon. Di Asia nyamuk hidup di daerah pemukiman, dan tempat
perindukannya pada genangan air bersih buatan manusia (man made breeding
place). Tempat perindukan Ae. aegypti dapat dibedakan atas tempat perindukan
sementara, permanen, dan alamiah. Tempat perindukan sementara terdiri dari
berbagai macam tempat penampungan air (TPA), termasuk kaleng bekas, ban mobil
bekas, pecahan botol, pecahan gelas, talang air, vas bunga, dan tempat yang
dapat menampung genangan air bersih. Tempat perindukan permanen adalah TPA
untuk keperluan rumah tangga seperti bak penampungan air, reservoar air, bak
mandi, gentong air. Tempat perindukan alamiah berupa genangan air pada pohon,
seperti pohon pisang, pohon kelapa, pohon aren, potongan pohon bambu, dan
lubang pohon (Chahaya, 2003).
Aedes aegypti mengalami metamorfosis sempurna.
Nyamuk betina meletakkan telur pada permukaan air bersih secara individual,
terpisah satu dengan yang lain, dan menempel pada dinding tempat
perindukkannya. Seekor nyamuk betina dapat meletakkan rata-rata sebanyak
seratus butir telur tiap kali bertelur. Telur menetas dalam satu sampai dua
hari menjadi larva. Terdapat empat tahapan dalam perkembangan larva yang disebut
instar. Perkembangan dari instar I ke instar IV memerlukan waktu sekitar lima
hari. Setelah mencapai instar IV, larva berubah menjadi pupa di mana larva
memasuki masa dorman. Pupa bertahan selama dua hari sebelum akhirnya nyamuk
dewasa keluar dari pupa. Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa
membutuhkan waktu tujuh hingga delapan hari, namun bisa lebih lama bila kondisi
lingkungan tidak mendukung (Djakaria, 2000;
id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti, 2008).
Telur Ae.
aegypti tahan kekeringan dan dapat bertahan hingga satu bulan dalam keadaan
kering. Jika terendam air, telur kering dapat menetas menjadi larva.
Sebaliknya, larva sangat membutuhkan air yang cukup untuk perkembangannya.
Kondisi larva saat berkembang dapat mempengaruhi kondisi nyamuk dewasa yang
dihasilkan. Sebagai contoh, populasi larva yang melebihi ketersediaan makanan
akan menghasilkan nyamuk dewasa yang cenderung lebih rakus dalam menghisap
darah (id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti, 2008).
Epidemiologi
Aedes aegypti adalah vektor utama penyakit DBD
di daerah tropik. Nyamuk ini semula berasal dari Afrika kemudian menyebar
melalui sarana transportasi ke negara lain di Asia dan Amerika. Di Asia, Ae.
Aegypti merupakan satu-satunya vektor yang efektif menularkan DBD, karena
tempat perindukkannya berada di sekitar rumah dan hidupnya tergantung pada
darah manusia. Di daerah yang penduduknya jarang, Ae. aegypti masih memiliki
kemampuan penularan yang tinggi karena kebiasaan nyamuk ini menghisap darah
manusia berulang-ulang (Chahaya, 2003).
Aedes aegypti tersebar luas di seluruh Indonesia
meliputi semua provinsi yang ada. Walaupun spesies-spesies ini ditemukan di
kota-kota pelabuhan yang penduduknya padat, namun spesies nyamuk ini juga
ditemukan di daerah pedesaan yang terletak di sekitar kota pelabuhan.
Penyebaran Ae. aegypti dari pelabuhan ke desa disebabkan karena larva Ae.
aegypti terbawa melalui transportasi yang mengangkut benda- benda berisi air
hujan pengandung larva spesies ini (Djakaria, 2000).
Etiologi
DBD
disebabkan oleh virus Dengue, yang termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga
Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari
asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4 x 106. Terdapat 4
serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang semuanya dapat
menyebabkan DBD. Keempat serotipe ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan
serotipe terbanyak. Penelitian pada artropoda menunjukkan virus Dengue dapat
bereplikasi pada nyamuk genus Aedes (Stegomya) dan Toxorhynchites (Suhendro dkk.,
2006).
Infeksi
terhadap serotipe memunculkan imunitas sepanjang umur, tetapi tidak
menghasilkan imunitas silang (cross protective immunity). Virus Dengue sensitif
terhadap eter, namun stabil bila
disimpan pada suhu minus 70ºC dan pada keadaan liofil stabil pada suhu 5ºC.
Virus Dengue bertahan hidup melalui siklus transmisi lingkungan kota pada
daerah tropis dan subtropis oleh nyamuk Ae. aegypti, spesies yang berhubungan
erat dengan habitat manusia (WHO, 1999).
Pengendalian Vektor Penyakit
Cara
yang saat ini masih dianggap tepat untuk mengendalikan penyebaran penyakit DBD
adalah dengan mengendalikan populasi dan penyebaran vektor. Program yang paling
sering dikampanyekan di Indonesia adalah 3 M, yaitu menguras, menutup, dan
mengubur.
·
Menguras bak mandi, untuk memastikan
tidak adanya larva nyamuk yang berkembang di dalam air dan tidak ada telur yang
melekat pada dinding bak mandi.
·
Menutup tempat penampungan air, sehingga
tidak ada nyamuk yang memiliki akses ke tempat itu untuk bertelur.
·
Mengubur barang bekas, sehingga tidak
dapat menampung air hujan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar