Jumat, 19 Juli 2013

Aedes aegypti


NYAMUK AEDES AEGYPTI



Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue, A. aegypti juga merupakan pembawa virus demam kuning (yellow fever) dan chikungunya. Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa virus dengue, A. aegypti merupakan pembawa utama (primary vector) dan bersama Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di desa dan kota. Mengingat keganasan penyakit demam berdarah, masyarakat harus mampu mengenali dan mengetahui cara-cara mengendalikan jenis ini untuk membantu mengurangi persebaran penyakit demam berdarah.
Aedes aegyptiadalah nyamuk yang termasuk dalam subfamili Culicinae, famili Culicidae, ordo Diptera, kelas Insecta. Nyamuk ini berpotensi untuk menularkan penyakit demam berdarah dengue (DBD). DBD adalah suatu penyakit yang ditandai dengan demam mendadak, perdarahan baik di kulit maupun di bagian tubuh lainnya serta dapat menimbulkan syok dan kematian. Penyakit DBD ini terutama menyerang anak-anak termasuk bayi, meskipun sekarang proporsi penderita dewasa meningkat.
 Penyebab penyakit demam berdarah ialah virus Dengue yang termasuk dalam genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Terdapat empat serotipe dari virus Dengue, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4, yang semuanya dapat menyebabkan DBD. Virus ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Ae. aegypti. Nyamuk betina terinfeksi melalui pengisapan darah dari orang yang sakit. Tempat perindukan Aedes aegypti dapat dibedakan atas tempat perindukan sementara, permanen, dan alamiah. Tempat perindukan sementara terdiri dari berbagai macam tempat penampungan air (TPA) yang dapat menampung genangan air bersih. Tempat perindukan permanen adalah TPA untuk keperluan rumah tangga dan tempat perindukan alamiah berupa genangan air pada pohon. Cara yang saat ini dianggap tepat untuk mengendalikan penyebaran DBD adalah dengan mengendalikan populasi dan penyebaran vektor, yaitu dengan 3M: menguras bak mandi, menutup TPA, dan mengubur barang bekas.

Morfologi Nyamuk Aedes Aegyti

Ciri-ciri jentik Aedes aegypti 
1.      Bentuk siphon besar dan pendek yang terdapat pada abdomen terakhir
2.      Bentuk comb seperti sisir
3.       Pada bagian thoraks terdapat stroot spine
Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti 
1.      Bentuk tubuh kecil dan dibagian abdomen terdapat bintik-bintik serta berwarna hitam.
2.      Tidak membentuk sudut 90º
3.       Penyebaran penyakitnya yaitu pagi atau sore
4.      Hidup di air bersih serta ditempat-tempat lain yaitu kaleng-kaleng bekas yang bisa menampung air    hujan
5.       Penularan penyakit dengan cara membagi diri.
6.      Menyebabkan penyakit DBD.
Telur Aedes aegypti
Telur Aedes Aegypti diletakkan pada bagian yang berdekatan dengan permukaan air atau menempel pada permukaan benda yang terapung. Jentik nyamuk Aedes Aegypti memiliki rambut abdomen dan pada stadium ini jentik membentuk sudut dan terdapat alat untuk menghisap oksigen.
Larva Aedes aegepty
 Larva Aedes aegepty membentuk sudut dan terdapat alat untuk menghisap oksigen.Probosis Aedes lebih panjang daripada nyamuk lainnya. Pupa merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air. Pada stadium ini tidak memerlukan makanan dan terjadi pembentukan sayap sehingga dapat terbang. Stadium kepompong memakan waktu lebih kurang satu sampai dua hari. Pada fase ini nyamuk membutuhkan waktu 2-5 hari untuk menjadi nyamuk.
Pupa nyamuk aedes aegypti
Pupa tidak akan makan apapun dan akan keluar dari larva menjadi nyamuk yang dapat terbang dan keluar dari air. Stadium pupa pada nyamuk Aedes berada dibawah permukaan air dengan melingkarkan badannya. Ekor pupa agak lurus dengan kepala melingkar dan menempel dibadannya namun tidak bertemu dengan ekor. Ciri morfologi yang khas yaitu memiliki tabung atau terompet pernafasan yang berbentuk segitiga. Setelah berumur 1 – 2 hari, pupa menjadi nyamuk dewasa (jantan atau betina). Pada pupa terdapat kantong udara yang terletak diantara bakal sayap nyamuk dewasa dan terpasangsayap pengayuh yang saling menutupi sehingga memungkinkan pupa untuk Ekor pupa agak lurus dengan kepala melingkar dan menempel dibadannya namun tidak bertemu dengan ekor.
Nyamuk Dewasa Aedes aegypty
Nyamuk Aedes aegypti jantan hanya manghisap cairan tumbuh-tumbuhan atau sari bunga untuk keperluan hidupnya, sedangkan yang betina menghisap darah. Nyamuk betina lebih menyukai darah manusia daripada darah binatang. Darah diperlukan untuk pemasakan telur agar jika dibuahi oleh sperma nyamuk jantan, telur yang dihasilkan dapat menetas. Setelah berkopulasi, nyamuk betina menghisap darah dan tiga hari kemudian akan bertelur sebanyak kurang lebih 100 butir. Nyamuk akan menghisap darah setelah 24 jam kemudian dan siap bertelur lagi. Setelah menghisap darah, nyamuk ini beristirahat di dalam atau kadang-kadang di luar rumah berdekatan dengan tempat perkembangbiakannya. Tempat hinggap yang disenangi adalah benda-benda tergantung seperti kelambu, pakaian, tumbuh-tumbuhan, di tempat ini nyamuk menunggu proses pemasakan telur.
Perilaku menggigit nyamuk aedes aegypti
Nyamuk betina lebih menyukai darah manusia (anthropophilic) daripada darah binatang dan nyamuk jantan hanya tertarik pada cairan mengandung gula seperti pada bunga. Aedes aegypti biasanya menggigit nyamuk ini memiliki kebiasaan menghisap darah pada jam 08.00-12.00 WIB dan sore hari antara 15.00-17.00 WIB (Lestari dkk, 2011). Malam harinya lebih suka bersembunyi di sela-sela pakaian yang tergantung atau gorden, terutama di ruang gelap atau lembab. Mereka mempunyai kebiasaan menggigit berulang kali. Nyamuk ini memang tidak suka air kotor seperti air got atau lumpur kotor tapi hidup di dalam dan di sekitar rumah
Tempat istirahat nyamuk aedes aegypti
Pada malam hari setelah menggigit dan selama menunggu waktu pematangan telur, nyamuk Aedes aegypti (betina maupun jantan) beristirahat di dalam rumah pada benda-benda yang tergantung seperti pakaian gelap yang bergelantungan di ruangan yang tidak terang, kelambu, kopiah, dan pada tempat-tempat gelap, lembab dan sedikit angin. di dalam rumah.

Tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti
Tempat perkembangbiakan tersebut berupa:
·         Tempat penampungan air (TPA) yaitu tempat menampung air guna keperluan sehari-hari seperti drum, tempayan, bak mandi, bak WC dan ember.
·         Bukan tempat penampungan air (non TPA) yaitu tempat-tempat yang biasa digunakan untuk menampung air tetapi bukan untuk keperluan sehari-hari seperti tempat minum hewan piaraan, kaleng bekas, ban bekas, botol, pecahan gelas, vas bunga dan perangkap semut.
·         Tempat penampungan air alami (TPA alami) seperti lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal pohon pisang dan potongan bambu.


Perilaku dan Daur Hidup Nymuk Aedes aegypty
Aedes aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi hingga siang hari. Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina, karena hanya nyamuk betina yang menghisap darah. Hal itu dilakukannya untuk memperoleh asupan protein yang diperlukannya untuk memproduksi telur (Womack, 1993). Pengisapan darah dilakukan dari pagi sampai petang dengan dua puncak waktu yaitu setelah matahari terbit (8.00-10.00) dan sebelum matahari terbenam (15.00- 17.00) (Djakaria, 2000). Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah, dan memperoleh energi  dari  nektar  bunga ataupun  tumbuhan.  Nyamuk  ini menyenangi  area   yang gelap dan benda- benda berwarna hitam atau merah (id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti, 2008). Nyamuk dewasa biasanya tinggal pada tempat gelap di dalam ruangan seperti lemari baju dan di bawah tempat tidur (WHO, 1999).

Infeksi virus dalam tubuh nyamuk dapat mengakibatkan perubahan perilaku yang mengarah pada peningkatan kompetensi vektor, yaitu kemampuan nyamuk menyebarkan virus. Infeksi virus dapat mengakibatkan nyamuk kurang handal dalam menghisap darah, berulang kali menusukkan probosisnya, namun tidak berhasil menghisap darah, sehingga nyamuk berpindah dari satu orang ke orang lain, akibatnya resiko penularan virus menjadi semakin besar (id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti, 2008). Tempat perindukan Ae. aegypti di daerah asalnya (Afrika) berbeda dengan di Asia. Di Afrika nyamuk hidup di hutan dan tempat perindukkannya pada genangan air di pohon. Di Asia nyamuk hidup di daerah pemukiman, dan tempat perindukannya pada genangan air bersih buatan manusia (man made breeding place). Tempat perindukan Ae. aegypti dapat dibedakan atas tempat perindukan sementara, permanen, dan alamiah. Tempat perindukan sementara terdiri dari berbagai macam tempat penampungan air (TPA), termasuk kaleng bekas, ban mobil bekas, pecahan botol, pecahan gelas, talang air, vas bunga, dan tempat yang dapat menampung genangan air bersih. Tempat perindukan permanen adalah TPA untuk keperluan rumah tangga seperti bak penampungan air, reservoar air, bak mandi, gentong air. Tempat perindukan alamiah berupa genangan air pada pohon, seperti pohon pisang, pohon kelapa, pohon aren, potongan pohon bambu, dan lubang pohon (Chahaya, 2003).
 Aedes aegypti mengalami metamorfosis sempurna. Nyamuk betina meletakkan telur pada permukaan air bersih secara individual, terpisah satu dengan yang lain, dan menempel pada dinding tempat perindukkannya. Seekor nyamuk betina dapat meletakkan rata-rata sebanyak seratus butir telur tiap kali bertelur. Telur menetas dalam satu sampai dua hari menjadi larva. Terdapat empat tahapan dalam perkembangan larva yang disebut instar. Perkembangan dari instar I ke instar IV memerlukan waktu sekitar lima hari. Setelah mencapai instar IV, larva berubah menjadi pupa di mana larva memasuki masa dorman. Pupa bertahan selama dua hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa. Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu tujuh hingga delapan hari, namun bisa lebih lama bila kondisi lingkungan tidak mendukung (Djakaria, 2000; id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti, 2008).
Telur Ae. aegypti tahan kekeringan dan dapat bertahan hingga satu bulan dalam keadaan kering. Jika terendam air, telur kering dapat menetas menjadi larva. Sebaliknya, larva sangat membutuhkan air yang cukup untuk perkembangannya. Kondisi larva saat berkembang dapat mempengaruhi kondisi nyamuk dewasa yang dihasilkan. Sebagai contoh, populasi larva yang melebihi ketersediaan makanan akan menghasilkan nyamuk dewasa yang cenderung lebih rakus dalam menghisap darah (id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti, 2008).

Epidemiologi
 Aedes aegypti adalah vektor utama penyakit DBD di daerah tropik. Nyamuk ini semula berasal dari Afrika kemudian menyebar melalui sarana transportasi ke negara lain di Asia dan Amerika. Di Asia, Ae. Aegypti merupakan satu-satunya vektor yang efektif menularkan DBD, karena tempat perindukkannya berada di sekitar rumah dan hidupnya tergantung pada darah manusia. Di daerah yang penduduknya jarang, Ae. aegypti masih memiliki kemampuan penularan yang tinggi karena kebiasaan nyamuk ini menghisap darah manusia berulang-ulang (Chahaya, 2003).
Aedes  aegypti tersebar luas di seluruh Indonesia meliputi semua provinsi yang ada. Walaupun spesies-spesies ini ditemukan di kota-kota pelabuhan yang penduduknya padat, namun spesies nyamuk ini juga ditemukan di daerah pedesaan yang terletak di sekitar kota pelabuhan. Penyebaran Ae. aegypti dari pelabuhan ke desa disebabkan karena larva Ae. aegypti terbawa melalui transportasi yang mengangkut benda- benda berisi air hujan pengandung larva spesies ini (Djakaria, 2000).
Etiologi
DBD disebabkan oleh virus Dengue, yang termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4 x 106. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan DBD. Keempat serotipe ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotipe terbanyak. Penelitian pada artropoda menunjukkan virus Dengue dapat bereplikasi pada nyamuk genus Aedes (Stegomya) dan Toxorhynchites (Suhendro dkk., 2006).
Infeksi terhadap serotipe memunculkan imunitas sepanjang umur, tetapi tidak menghasilkan imunitas silang (cross protective immunity). Virus Dengue sensitif terhadap eter,  namun stabil bila disimpan pada suhu minus 70ºC dan pada keadaan liofil stabil pada suhu 5ºC. Virus Dengue bertahan hidup melalui siklus transmisi lingkungan kota pada daerah tropis dan subtropis oleh nyamuk Ae. aegypti, spesies yang berhubungan erat dengan habitat manusia (WHO, 1999).

Pengendalian Vektor Penyakit
Cara yang saat ini masih dianggap tepat untuk mengendalikan penyebaran penyakit DBD adalah dengan mengendalikan populasi dan penyebaran vektor. Program yang paling sering dikampanyekan di Indonesia adalah 3 M, yaitu menguras, menutup, dan mengubur.
·         Menguras bak mandi, untuk memastikan tidak adanya larva nyamuk yang berkembang di dalam air dan tidak ada telur yang melekat pada dinding bak mandi.
·         Menutup tempat penampungan air, sehingga tidak ada nyamuk yang memiliki akses ke tempat itu untuk bertelur.
·         Mengubur barang bekas, sehingga tidak dapat menampung air hujan








Tidak ada komentar:

Posting Komentar